Ini cerpen yang kubuat tuk page, namun gak terlalu bagus kaya'nya... Ah, tau ah...
Silakan menikmati (emang makanan =w=")
Cursed Doll
Malam itu, malam sebelum kami sekeluarga pindah ke desa Shadow, aku merasakan sesuatu yang ganjil… Kulihat ke dalam tumpukan kardus yang di dalamnya terdapat boneka koleksiku… Dan kutemukan kumpulan jerami kering di dalamnya, dan tali merah yang mengikat jerami itu… Karena kufikir itu kerjaan orang iseng, maka kubuang saja jerami itu karena mengganggu… Kukunci kamarku, dan kuistirahatkan tubuhku ke atas ranjang di rumah ini untuk terakhir kalinya… Mungkin…
Pagi harinya, kulihat orang tuaku di teras tuk memasukkan semua barang yang perlu dibawa dan memasukkannya ke kendaraan yang akan mengangkut barang kami… Aku turun dengan membawa ransel kecil dan masuk ke mobil keluarga yang akan membawa kami pergi ke desa itu.
Sampai di desa yang memiliki nama aneh itu, aku melihat banyak pemandangan yang menurutku indah… Gunung, hutan, danau, sawah, dan peternakan… Ketika melihat tumpukan jerami yang diikat tali merah di peternakan besar dekat hutan cemara, ketakutan yang luar biasa itu datang dan mampir ke tubuhku… Aku yang duduk di belakang sendirian merasa ketakutan dan meminta agar ibuku duduk di sampingku. Wanita yang berusia 37 tahun itu menuruti kemauanku dan duduk di sampingku.
"Wah, besar sekali rumah ini!!" Kataku kegirangan.
"Mulai besok, kau akan masuk sekolah di desa ini. Nih seragamnya!" Kata ayahku sambil melempar seragam itu padaku.
"Ih, wow! Bagus sekali seragam ini!!" Kataku sambil melihat seragam yang atasannya berupa kemeja putih berlengan panjang dengan blazer biru langit dan rok pendek berwarna biru laut. Tak lupa pita biru muda yang bertengger di kerah putihnya.
"Sudah sore, kita harus bergegas membereskan rumah ini, lalu makan malam dan istirahat." Kata ibuku.
"Ok."
Kami bertiga masuk ke rumah itu, berkemas dan menuju ruang makan, lalu ke kamar masing-masing.
Malam itu, malam yang sunyi di sebuah desa kecil yang terpencil. Karena hawa sejuknya, aku langsung tertidur pulas…
"Woy! Bangun bocah pemalas!!"
Kata-kata dari orang yang sudah familiar itu membangunkanku dari tidur pulasku. Siapa lagi kalau bukan suara ibuku.
"Iya-iya… Aku akan segera bangun…" Kataku.
Ketika kuinjakkan kakiku ke atas karpet tuk mengenakan sandalku, aku terkejut karena aku melihat beberapa helai jerami di atasnya. Mungkin itu adalah jerami dari peternakan yang berada di desa ini… Namun aneh juga, peternakan itu kan jaraknya hampir 100 meter dari rumah ini, lagipula, tadi malam, aku menutup jendela kamarku… Ah, sudahlah! Kufikir karena celah kamarku, jerami ini bisa masuk ke kamarku.
Setelah sarapan pagi, aku merasa senang karena mengenakan seragam yang terlihat elok ini. Aku pergi menuju sekolah diantar ayah yang akan bekerja di suatu tempat di dekat sini.
Di sekolah menengah pertama itu, aku masuk ke kelas 12—2 yang berada di ruang kelas paling pojok. Di jendelanya terlihat dengan jelas peternakan yang kulihat kemarin. Aku merasa ada yang ganjil dan berusaha menolak ketetapan itu… Tapi, apa boleh buat… Dengan langkah terpaksa, aku menuju ruang kelas 12-2.
"Selamat pagi teman-teman… Namaku Alice, salam kenal…" Kataku memperkenalkan diri di depan kelas.
"Baiklah Alice, kau duduk di sebelah May, di dekat jendela itu… Karena itu satu-satunya kursi kosong di kelas ini…"
Apa! Jangan Bercanda! Kenapa aku harus duduk di dekat jendela yang terlihat jelas peternakan itu di luar sana!
"P… Pak, bolehkah saya berganti tempat duduk karena saya tidak suka duduk di dekat jendela?" Pintaku pada guru matematika sekaligus wali kelas kami.
"Emang kenapa?"
"Kan tadi saya sudah berkata bahwa saya tidak suka duduk di dekat jendela, lagipula perasaan saya tidak enak, pak…"
"Hm… Apakah ada yang mau bertukar dengan Alice?"
Suasana kelas hening… Tak ada yang mau menggantikanku… Dengan terpaksa aku melangkah ke bangku itu .
Saat kulihat gadis yang duduk di sebelahku, May namanya, aku merasa takut dan dia samar-samar tersenyum…
Bel istirahat berbunyi. Aku dikerubungi siswa-siswa di kelas itu… Mungkin karena keelokan fisikku… Sepertinya mereka tertarik dengan penampilanku… Rambut setengah berombak sampai ke pinggang, mata cokelat karena blasteran, bibir imut yang kemerahan, tubuh setinggi 165 cm, itulah cirri khasku… Siswa-siswa itu bertanya-tanya padaku… Entah tempat tinggalku, tanggal lahirku, asal-usulku, dan masih banyak lainnya.
Aku tertarik pada laki-laki salah satu siswa di sekolah ini. Dia berambut cokelat tua yang mengkilap, bermata cokelat, dan tingginya sekitar 175. Kudekati laki-laki itu.
"Hey, siapa namamu?" Sapaku padanya
"Marcel… Namaku Marcel. Aku juga blasteran… Sama seperti kamu…" Jawabnya.
"Owh… Jadi, aku ada temannya dong…"
"Haha... Iya..."
"Eee, gadis di sebelahku itu tinggal di mana?”
“Di peternakan yang terlihat dari jendela itu. Satu-satunya peternakan di desa ini. Kami tak terlalu mengenalnya karena dia tertutup...”
"Hah!?"
"Kenapa?"
"Ti… Tidak… Tidak ada apa-apa…"
"Oh, baiklah…"
"Ehm…"
Kami menuju kantin.
"Eee, Marcel…"
"Ada apa?"
"Kenapa nama desa ini itu aneh?"
"Em… Dulu, sekitar 2 abad yang lalu, di desa ini ada seorang penyihir… Dia mengutuk dan membunuh dengan boneka yang terbuat dari jerami…"
"Apa!? Jerami!?"
"Iya… Emang kenapa?"
"Ti… Tidak… Lanjutkan…"
"Ok… Penyihir wanita yang menggunakan boneka kutukan itu akhirnya dibunuh oleh warga sekitar karena meresahkan dengan cara membakarnya… Namun, boneka yang ia gunakan untuk mengutuk seseorang itu tak hangus terbakar… Karena itu, boneka kutukan yang bernama Cursed Doll itu diambil namanya, yaitu sedo dan diplesetkan ke kata shadow karena pembacaanyya hampir mirip…"
"Begitukah? Wah…." Wajahku memucat…
"Kenapa Alice? Wajahmu pucat…"
"Ti… Tidak… Tidak ada apa-apa…" Aku melanjutkan makanku…
"Alice…"
"Apa?"
"Kalau ada masalah, jangan dipendam sendiri… Berceritalah pada orang lain yang kau percaya… Kalau kau mau, aku akan mendengarkan curahan hatimu…"
"Terima kasih, Marcel…"
"Iya…"
Pulang sekolah, setelah makan siang, aku melihat Marcel di terasku. Dia menuju gerbang dan menekan bel. Aku menuju pintu, membukanya dan menyapa cowo yang pertamakali kukenal di sekolah itu.
"Oh, hai Marcel!!"
"Hai!"
"Ada apa? Eh, ayo masuk!!"
"Iya…"
Setelah aku mempersilahkan Marcel masuk, mempersilahkan duduk, lalu menuju ke dapur tuk mengambil minuman dan cemilan, dan memberikannya pada teman pertamaku.
"Nih…" Kataku sambil menyodorkan makanan.
"Thanks…" Katanya…
"Em… Kenapa kau kemari? Ada urusan apa?"
"Tidak ada apa-apa… Aku cuma ingin ketemu aja…"
"Oh… Begitu…"
"Em… Bagaimana menurutmu tentang desa ini?"
"Eh…" Aku terkejut karena dia tiba-tiba bertanya itu. Menurutku, desa ini menakutkan! Perasaanku nggak enak! Tapi, aku nggak bisa berkata pendapatku ini dengan sejujurnya kepada temanku… Nanti ia akan berfikir yang jelek tentang diriku… "Desa ini indah… Pemandangannya sangat bagus… Udaranya sejuk…" Kataku sambil tersenyum.
"Begitukah? Kalau menurutku desa ini menyeramkan… Orangnya dingin… Udaranya menusuk… Perasaanku sangat tak enak jika malam datang…"
Eh? Kok dia bisa berpendapat demikian?!
"Ke… Kenapa kau bisa berpendapat seperti itu?" Tanyaku terbata-bata.
"Terang saja! Setiap malam aku selalu merasa seperti dihantui oleh sesuatu! Hampir setiap malam aku menyetel lagu keras-keras lewat headphone, lalu kututupi telingaku… Hampir setiap malam pula aku bermimpi buruk… Dulu, pas pertama kali aku pindah ke desa ini, aku merasakan sesuatu yang ganjil… Sampai saat ini juga aku sering menemukan jerami berpita merah di rumahku… Namun, entah mengapa hanya aku yang dapat melihatnya, sementara kedua orang tuaku tidak…"
"Em…"
"Ada apa?"
"Maaf, Marcel… Aku membohongimu…"
"Hm?"
"Sebenarnya… Aku juga berpendapat seperti kamu… Sebelum aku pindah, aku menemukan jerami diikat
pita merah di dalam kotak yang di dalamnya terdapat koleksi bonekaku... Tadi pagi juga aku menemukan jerami di karpet kamarku... Aku takut..."
"Begitukah? Ke... Kenapa kau membohongiku..." Tanyanya.
"Maaf... Aku takut kalau kau menilaiku yang tidak-tidak karena pendapatku buruk tentang desa ini... Maafkan aku... Marcel..."
"Hhmmm... Baiklah... Tapi, mulai sekarang jangan sering bohong lagi ya... Kecuali kalau memang harus."
"I... Iya..."
Kami terdiam sejenak... Dan tiba-tiba Marcel memecah kesunyian...
"Hei..."
"Apa?"
"Apakah... Apakah kau mau jadi kekasihku... Alice?" Kata Marcel dengan muka merah malu
Apa katanya? Aku... Tentu aku mau... Aku juga lumayan suka dengannya... Marcel kan keren... Hanya orang bodoh saja yang nggak mau dengan Marcel... Pipiku memerah dan berkata, "Te... Tentu aku mau... Kau orang pertama yang kukenal... Mana kau itu lumayan keren pula..."
"Haha..."
Tiba-tiba, kedua orang tuaku datang.
"Si... Siapa dia, Alice?" Tanya ayahku.
"Dia teman pertamaku di sekolahku... Marcel namanya. Dia baik banget lho, yah..."
"Selamat sore..." Kata Marcel dengan senyuman.
"Sore juga Marcel..." Sapa ibuku.
"Saya, saya harus pulang sekarang karena sudah sore... Permisi..." Kata Marcel.
"Hm..." Kata ibuku dengan senyuman.
Pada malam itu... Aku merasa ketakutan... Udara dingin menusuk kulitku... Aku takut... Dan tiba-tiba jendela terbuka... Beberapa helai jerami dan sehelai pita merah datang melalui jendela itu... Aku takut... Dan... Sosok May samar-samar terlihat dari kejauhan... Dia mengenakan jubah hitam... Membawa boneka jerami, paku, dan palu... Samar-samar aku mendengar rapalan mantra... Tiba-tiba dia memaku boneka itu... Dan...
"Uh!!" Jantungku sakit! "Argh!!!" Aku berteriak kesakitan... "To... Tolong..."
Tiba-tiba ayah dan ibuku datang... Mereka menemukanku kesakitan...
"A... Ada apa ini?"
"Ku... Aku... Aku dikutuk... Ayah..."
"A... Apa!? Jangan bercanda di saat seperti ini!!"
"Aku... Aku tak... Tak berbohong..." Tiba-tiba aku pingsan...
Beberapa jam kemudian... Aku terbangun... Aku menemukan diriku di atas ranjang, dan orang tuaku di sampingku.
"Syukurlah, kau sudah sadar..."
"Ayah... Ibu... Bisakah kita pindah?"
"A... Apa maksudmu!?" Kata ayahku.
"Aku takut, ayah... Tadi malam aku melihat sosok wanita yang tinggal di peternakan mengenakan jubah, membawa boneka jerami, paku, dan palu... Aku takut... Tiba-tiba, dia menusuk boneka itu dengan paku dan palu miliknya... Dan... Jantungku sakit..."
"Begitukah?"
"Iya!"
Karena keadaanku sudah membaik, aku berangkat ke sekolah... Di sana, aku berpapasan dengan May. Dia menabrak bahuku... Rasanya sakit sekali...
Aku menuju ke kelasku... Di sana, aku melihat Marcel dengan wajah pucat...
"Kau... Kau kenapa Marcel?"
"Ta... Tadi malam aku... Aku melihat May mengenakan jubah... Dia membawa boneka jerami, paku dan palu... Dia memaku boneka itu dan... Tiba-tiba jantungku sakit..."
"Eh... Tadi malam aku juga merasa demikian..."
"Apa!? Uh... Sebenarnya apa sih yang dia inginkan..."
"Entahlah..."
"Huh..."
Pulang sekolah, aku berjanji akan bertemu dengan Marcel... Dia akan menjemputku di rumahku... Setelah persiapan selesai, dia datang, dan kami pergi bersama. Dia bilang akan menunjukkanku sesuatu yang bagus...
"Hai! Sudah siap?"
"Iya!"
Kami menuju ke gunung... Kata Marcel, di sana ada pemandangan yang elok...
"Wah... Indah sekali..."
"Iya kan?"
"Tapi, keindahan itu akan lenyap sebentar lagi..." Tiba-tiba suara yang menusuk itu mengagetkan kami.
"Ma... May?!" Kataku tersentak.
"Ma... Mau apa kau kemari!? Apa sih maumu!? Kenapa kau mengutuk kami semua dengan boneka!?" Marcel berkata itu dengan marah... Baru pertama kali aku melihatnya marah seperti demikian...
"Balas dendam..."
Kata itu membuat kami terdiam...
"Dulu... Ketika aku masih kecil... Yah, sekitar umur 7 tahun... Aku melihat pemandangan neraka... Kau tahu? Kedua orang tuaku dibunuh di depan mataku! Waktu itu, aku yang masih kecil melihat pemandangan neraka itu... Yang kutahu, kedua orang tuaku dibunuh oleh orang blasteran seperti kalian... Karena itu, aku berjanji akan membunuh mereka! Ketika itu, aku membuat perjanjian dengan setan... Setan itu memberiku boneka ini. Setelah aku membunuh mereka, setan itu memintaku tuk memberiku tumbal pada setiap sebulan sekali, seorang laki-laki dan perempuan... Setan itu mengancam kalau aku tak mau memberinya tumbal, aku akan dibunuh..."
"Ka... Kau bodoh!" Tanpa sadar, kalimat itu keluar dari mulutku.
"Apa!?" Balas May.
"Iya! Kau bodoh! Kaufikir, orang tuamu akan bahagia jika kau membunuh pembunuh mereka?!" Marcel pun berkata demikian... "Kalau kau berbuat seperti itu, kau sama saja seperti pembunuh itu!"
"Jangan sok menceramahiku!" May marah. Dia mengeluarkan boneka kutukan itu, lalu sebelum dia sempat meamaku boneka itu, Marcel mendorongnya ke jurang... Aku terkejut dan tak bergerak sedikitpun...
"A..." May berkata itu...
"Ma... Marcel!! Apa yang kau lakukan! Kenapa kau berbuat demikian!"
"Jika kita tak membunuhnya, kita yang akan dibunuh... Apa kau mau dibunuh?"
"Te... Tentu saja aku nggak mau! Aku masih ingin merasakan bagaimana menikah, punya anak, menantu... Dan..." Tiba-tiba mukaku merah...
"Aku akan mengabulkan impianmu itu..."
"A... Apa!?"
"Sebelumnya, kita harus membuang... Eh... Melenyapkan boneka ini dulu..."
Marcel membakar boneka itu... Beserta paku dan palunya... Sosok iblis samar-samar terlihat dari asap yang muncul karena api. Setan itu lenyap... Dan... Akhirnya... Aku dan Marcel...
-TAMAT-